Gelar Hearing Terkait APBD P,Anggita DPRD Kuansing Dirujak Habus BPD Se Kuansing.
Kuantan Singingi,Mutiara.com Niat hati hendak memberikan klarisifikasi kepada sejumlah perwakilan BPD Kuansing, terkait gagalnya APBD-P 2023 yang berimbas kepada kendaraan operasional BPD. DPRD Kuansing, malah dirujak habis Dewan desa saat menggelar hearing bersama, Rabu (4/10/2023).
Dari video yang beredar DPRD Kuansing, yang seharusnya memberikan pemahaman kepada anggota BPD malah berbanding terbalik 180°. Mereka malah diajari oleh BPD.
Salah seorang perwakilan BPD Marzudi menyampaikan ia merasa miris dengan kondisi yang terjadi sebagai rakyat jelata. Dirinya menyarankan intropeksi diri kalau ingin daerah diberkahi tuhan.
“Yang membuat saya miris dengan pemerintahan yang sama fraksi yang sama yang mengusung pemerintahan terpilih sekarang. RPJMD nya itu juga. Ndak malu awak (ndk malu kita) ambo mohon maaf ta jadi apo kito kini go (entah jadi apa kita sekarang) ambo menginginkan rill yang jelas (saya menginginkan),” ujar Marzudi memaparkan pandangannya.
“Ko jalan awak ciek ka kiri ciek kanan (ini jalan kita satu ke kiri, satu ke kanan, itu asumsi masyarakat kita. Jangankan masyarakat luar. Kini lah tabedo kito ma (sudah parah kita kini). Walaupun APBD-P itu wajib tapi ada yang mesti disesuaikan pendapatan dan belanja daerah,” ungkapnya.
Ia merasa malu dengan hal seperti itu, masa katanya tak bisa sebagai orang bijak dan orang adat walaupun bukan ninik mamak tapi setidak sebagai orang adat. “RPJMD kita mengatakan Kuansing bermarwah sementara yang terjadi tidak ada marwah. Mohon maaf ambo kasar urang (saya orangnya kasar),” cecarnya
“Ambo ndak piliah urang, ambo ndak takuik kek urang, kito samo-samo makan nasi (saya tidak pilih orang, saya tak takut sama puji orangnya, kita sama-sama makan nasi). Kebenaran yang saya sampaikan. Jadi mari evaluasi diri kita dulu baru golongan.
Ketika sudah dipilih rakyat, dipercaya rakyat untuk memimpin untuk melakukan sesuatu didahulukan selangkah ditinggikan seranting dalam bahasa adatnya siap mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi.
“Ini tidak, saya dengar dari Waka I, didengar pula dari pihak eksekutif bacokak sudah (berkelahi jadinya) jaua panggang dari api (jauh panggang dari api). Tapi kami tidak akan mengadu domba tuan-tuan pimpinan DPRD dan eksekutif. Tapi berbenah lah untuk Kuansing, saya hanya bisa itu. Uang saya tak punya, tapi fikiran sebagai orang tua atau sebagai orang apa. Tapi kami sebagai orang bawah, urang bongak (kurang pandai) kini kami sampaikan. Kini sampaikan bongak kami.
Dirinya minta bagaimana berjalan lurus untuk mendukung Kuansing bermarwah dan dibalikan kesitu.
“Kami sampaikan kepada kawan-kawan, pernyataan yang diminta yang dikatakan TAPD itu normatif. Bukan pernyataan yang disebut Waka tadi. kan bahayo carito tu. Berapa yang normatif ndak tontu kami do. Maka gagal lah dan ditunda lah dan tidak mau melanjutkan pembahasan dan APBD-P gagal mati. Kata IKKS Kuansing, mati kan mati awak torui,” katanya.
Sebagai masyarakat awam tentunya kata dia banyak yang akan merugikan masyarakat. “Terutama sekali mata orang, fikiran orang saat ini tertuju ke Kuansing, kalau dulu orang mengenal Kuansing orang pendidikan dan bagus di Riau, bahkan diseluruh Indonesia ada orang Kuansing, mengajar sebagai guru. Tapi sampai dengan hari ini.
“Banyak hal yang mesti saya disampaikan, sesuai pemahaman saya. Walaupun kami di desa sebagai regulasi sedikitnya banyaknya tentang apa pun kami juga tau karena basic saya lulusan administrasi negara S1, S2 bukan membanggakan diri, kalau ada rezeki lanjut S3,” ungkapnya
Namun, yang terpenting saat ini katanya berbenah lah untuk membangun Kuansing, jangan hanya mementingkan individu.” Karena tuan-tuan kami pilih, kami percaya untuk membangun jangan sepelekan yang lain. Korban lah perasaan kita kalau itu untuk kepentingan dan kemajuan daerah kita,” katanya mengajar anggota DPRD.
“Tapi itu lah kenyataannya, walaupun nasi sudah jadi bubur. Bubur pun masih bisa di makan. Jadi mohon lah kedepan hal-hal yang akan membuat keadaan memanas tidak perlu disampaikan. Kini yang sekolah dan tak sekolah sudah membaca. tak sama pemahaman kita. Nyo pun lah soto pulo ko yo bahayo ko DPRD ngapo tak omua mengesahkan. Jadi kito berkelid.
“Untuk anggota dewan yang terhormat berkelid lah kito bagaimano merubah, fikriran dan hati nurani kito bersatu untuk membangun Kuansing yang lebih baik. Kalau kore (keras) datang dari ambo (saya). Kalau ada kebenaran yang saya sampaikan mari kita satukan,” tutupnya mengakhiri.***