Bupati Kuansing,Suhardiman Amby, Jadi Timbo Ruang ,Jadi Pusat Perhatian Penonton.
Kuantan Singingi,Mediamutiara.com – Budaya Pacu Jalur masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau yang sudah lebih dari 1 abad keberadaan memiliki banyak ke unikan secara budaya. Pacu jalur tidak saja menjadi ajang perlombaan semata, namun harus bisa tetap mempertahankan filosofi mulai dari Proses pencarian kayu jalur, sampai bertanding di gelanggang dengan memenuhi syarat personal yang harus di penuhi oleh sebuah jalur saat berpacu di atas aliran air batang Kuantan.
Terkait personal anak Pacuan sebuah jalur ada empat komponen unsur yang terlibat di dalam jalur saat berpacu, pertama atletnya (pendayung), kedua “togak luan” (anak joki, red), ketiga “timbo ruang” (komandan jalur), keempat tukang “onjai“ (penari jalur paling belakang, red).
Khusus untuk unsur togak luan, timbo ruang dan tukang onjai secara budaya mereka memakai atau memegang sebuah barang yang berasal dari tanaman pohon pinang, yakni arai pinang yang di pegang oleh ketiga unsur tersebut, namun khsusus untuk timbo ruang harus memegang bahan tambahan yakni “upiah” (Pelepah Daun Pinang).
Budaya memakai arai pinang dan upiah oleh personal tersebut, sekitar 15 tahun terakhir hampir tergurus dan bahkan tidak lagi setiap jalur memakai peralatan tersebut, sebab setiap jalur sudah terfokus bagaimana konsep jalur bisa ringan sehingga semakin ringan sebuah jalur semakin cepat jalur tersebut melaju menuju pancang finish.
Sering tukang onjai dan togak luan terjun ke batang batang Kuantan agar mereka tidak menjadi beban jalur saat berpacu. Untuk mengembalikan budaya adat kebiasaan fungsi tiga personil Bupati Kuansing Suhardiman Amby satu tahun terakhir mulai mengkampanyekan bagi personil yang di maksud harus melengkapi atribut adat atau budaya sebelumnya.
Kampanye memakai upia, arai pinang di konsep oleh Panitia Pacu Jalur dengan sebuah perlombaan jalur terbaik dengan memakai personil lengkap mulai dari star sampai pancang finish.***