Lapangan Bola Langsat Hulu Memanas: Ambisi Pasar Malam Kades Picu Perlawanan Sengit Warga

 

KUANTAN SINGINGI –Mediamutiara.com Gelombang penolakan dahsyat mengguncang Desa Langsat Hulu Rencana Kepala Desa, Yatino, untuk menyulap satu-satunya lapangan sepak bola kebanggaan warga menjadi arena pasar malam justru berbuah petaka. Alih-alih membawa kegembiraan, kebijakan ini malah memantik amarah dan penolakan keras dari berbagai penjuru desa.

Bayangkan, lapangan hijau tempat mimpi anak-anak menari dengan bola, tempat peluh latihan mengukir asa, kini terancam dicemari hiruk pikuk dan lapak-lapak pedagang. Ketua BPD, Aan Gunaevi, dengan nada geram menyatakan, “Ini bukan sekadar soal lapangan rusak, tapi juga masa depan anak-anak kami yang sedang berjuang menghadapi ujian!” Suaranya lantang, mewakili kegelisahan para orang tua yang cemas konsentrasi belajar buah hati mereka terganggu.

Ujang Andi Nurwijaya, SH, nahkoda Langsat Football Club dan Langsat Soccer School, tak kalah berangnya. “Lapangan ini jantungnya olahraga desa! Jika jadi pasar malam, tamat sudah riwayat latihan anak-anak. Kami mohon, Pak Kades, dengarkan suara rakyat, bukan bisikan keuntungan sesaat!” Ungkapan kekecewaan mendalam terpancar dari kata-katanya.

Lebih dari sekadar persoalan lapangan, kecurigaan akan agenda tersembunyi di balik rencana ini kian menguat. Seorang warga dengan nada sinis berujar, “Ini bukan hiburan, tapi perampasan hak! Pembunuhan karakter anak-anak demi kepentingan pribadi dan politik, apalagi di tengah himpitan ekonomi dan persiapan tahun ajaran baru yang jelas-jelas menguras dompet!”

Kejanggalan demi kejanggalan pun terkuak. Rapat krusial yang membahas nasib lapangan justru digelar secara sembunyi-sembunyi di rumah pribadi kepala desa, bukan di ruang publik seperti kantor atau balai desa. Transparansi? Jangankan terlihat, aromanya pun tak tercium. Hal ini tentu saja semakin menyulut bara kemarahan warga.

Kini, mata dan harapan warga Langsat Hulu tertuju pada Camat Sentajo Raya dan Bupati Kuantan Singingi. Mereka mendambakan intervensi cepat dan tepat. Bukan sekadar pembatalan rencana pasar malam, namun juga sentuhan pemberdayaan bagi sang kepala desa. Pelatihan kewirausahaan diharapkan mampu membuka cakrawala Yatino, agar kebijakan-kebijakan mendatang lebih mengakar pada kebutuhan masyarakat, bukan malah menabur benih konflik.

“Jangan biarkan ambisi sesaat merenggut masa depan anak-anak dan kedamaian desa kami!” seru seorang warga dengan nada putus asa, menggambarkan betapa gentingnya situasi ini. Drama di Lapangan Bola Langsat Hulu bukan sekadar berita desa, tapi potret perjuangan masyarakat kecil mempertahankan hak dan harapan mereka. Akankah suara mereka didengar? Waktu akan menjawab.